Oleh : Syaikh Dr. Abdul Karim al-Khudhair hafizhahullah
Beliau menjelaskan dalam seri Syarh Kitab at-Tauhid (bagian 1) :
وموضوع كتاب التوحيد في الجملة: توحيد العبادة -توحيد الألوهية-؛ نظراً لمسيس الحاجة إليه، فالإمام -رحمة الله عليه- رأى أن الحاجة ماسَّة في عصره إلى تحقيق هذا التوحيد، وأن الناس من أهل زمانه أخلوا بهذا التوحيد حتى شابهوا من وجوه من بُعث فيهم الرسول -عليه الصلاة والسلام-، بحيث وجد الشرك بأنواعه.
Tema pembahasan Kitab Tauhid ini secara umum adalah mengenai tauhid ibadah yaitu tauhid uluhiyah. Hal itu berangkat karena mendesaknya kebutuhan terhadapnya, semoga Allah merahmati beliau penulis kitab ini -yaitu Syaikh Muhammad at-Tamimi-.
Beliau -penulis- memandang kebutuhan sangat mendesak di masanya untuk lebih menekankan lagi perkara tauhid ini dan bahwa keadaan umat manusia di masanya banyak yang menyimpang dalam mewujudkan tauhid ini, sampai-sampai para ulama menyerupakan kondisi yang ada pada masa beliau dengan keadaan orang-orang musyrik yang mana Rasul ‘alaihis sholatu was salam diutus kepada mereka ketika itu, yaitu disebabkan maraknya berbagai bentuk syirik.
وأما بالنسبة لتوحيد الربوبية فهذا يعترف به المشركون، ولم يجحدوه، والمؤلفات فيه من قبل المسلمين كثيرة، والشيخ حينما ألف هذا الكتاب -رحمه الله تعالى- تلمَّس حاجة الناس، فلم يبسط أنواع التوحيد -أعني توحيد الربوبية وتوحيد الأسماء والصفات- مثل ما بسط توحيد الألوهية؛ نظراً للحاجة الماسَّة الداعية إلى ذلك.
Adapun ditinjau dari perkara tauhid rububiyah, maka hal itu diakui dan diyakini oleh kaum musyrik di masa itu, mereka tidak menentang hal itu. Selain itu tulisan dan karya kaum muslimin dalam membeberkan tauhid rububiyah itu sudah sangat banyak. Syaikh Muhammad ketika menulis kitab ini -semoga Allah merahmatinya- merasakan apa-apa yang saat itu benar-benar dibutuhkan oleh manusia. Beliau tidak menjabarkan secara panjang lebar semua jenis tauhid yang lain -yaitu tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat- seperti ketika menjabarkan tauhid uluhiyah dengan luas; hal itu semata-mata karena menimbang betapa besar dan mendesaknya kebutuhan akan hal itu.
وكل مؤلف يريد نفع المسلمين، إنما يؤلف فيما تمسُّ حاجتهم إليه، فيما تمسُّ حاجتهم إليه، فإذا رأى أن الحاجة ماسة في وقت من الأوقات إلى نوع من أنواع العلوم تصدى للتأليف فيه وبيانه، وكشف ما يلتبس على الناس فيه.
Dan setiap ulama yang menyusun karya tentu bermaksud memberikan manfaat bagi kaum muslimin. Dan beliau tidaklah menyusun kecuali dalam hal-hal yang benar-benar dibutuhkan oleh umat, yaitu perkara yang sangat mendesak bagi masyarakat. Apabila dia -seorang ulama- melihat bahwa kebutuhan manusia sangat mendesak di masanya terhadap suatu jenis ilmu maka dia pun mencurahkan upaya untuk menyusun tulisan tentangnya dan menjelaskan hal itu serta menyingkap apa-apa yang manusia samar terhadapnya.
Sekian nukilan dari beliau.
Apa yang diungkapkan oleh Syaikh Abdul Karim al-Khudhair mengenai Kitab Tauhid dan penulisnya adalah sesuatu yang dapat membuka pemahaman kita mengenai kedalaman ilmu Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam memandang keadaan masyarakatnya.
Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa :
Pertama, ilmu tauhid adalah ilmu yang paling dibutuhkan oleh manusia. Oleh sebab itu para ulama tidak bosan-bosannya membahas dan mengkaji serta menulis dalam penjelasan tauhid ini. Sehingga perkataan sebagian orang bahwa tauhid itu tidak perlu didalami atau dibahas berulang-ulang atau cukup dikaji di awal masa menimba ilmu, adalah kekeliruan yang fatal.
Kedua, dakwah tauhid ini tegak dengan para ulama yang menjelaskan rincian dan menyingkap kerancuan pemahaman yang ada di tengah umat. Banyak hal yang menjadi jelas dan gamblang dengan perantara penjelasan para ulama terhadap kitab-kitab terdahulu. Oleh sebab itu para ulama tidak bosan untuk menulis kitab-kitab syarah terhadap karya ulama terdahulu.
Ketiga, tauhid tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa ada penjelasan dan membantah penyimpangan. Oleh karena itu tidak bisa hanya mengandalkan fitrah untuk memahami tauhid. Karena ilmu itu diperoleh dengan belajar dan hukum asal manusia adalah tidak berilmu. Seandainya fitrah itu cukup niscaya Allah tidak perlu mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab.
Keempat, perjuangan para ulama dalam mendakwahkan tauhid harus dilanjutkan oleh generasi sesudahnya. Karena kitab tidak bisa membela dirinya sendiri. Kitab itu akan bisa mengalahkan kesesatan ketika ia dipelajari dan dipahami serta digunakan untuk membantah kesesatan. Terlebih di masa seperti sekarang ini maka kebutuhan kepada penimba ilmu yang memahami kandungan kitab-kitab ulama terdahulu adalah sangat mendesak.
Kelima, Kitab Tauhid adalah salah satu kitab paling penting untuk dipelajari para penimba ilmu. Karena di dalam kitab ini dipaparkan masalah tauhid uluhiyah -yaitu pemurnian ibadah kepada Allah- secara rinci dan panjang lebar. Dan ia dilandasi al-Qur’an dan as-Sunnah dengan mengikuti jalan pemahaman para salaf/pendahulu umat ini; sahabat, tabi’in, dan pengikut mereka.
Demikian sedikit rangkuman faidah yang dapat kami sajikan dengan taufik dari Allah, semoga bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca sekalian.